BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pembelajaran merupakan proses komunikasi
dua arah, mengajar yang dilakukan oleh guru, dan belajar yang dilakukan oleh
siswa. Dalam hal ini, peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi,
melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar agar proses belajar
lebih memadai. Pembelajaran diartikan sebagai proses belajar yang dibangun guru
untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan untuk meningkatkan penguasaan
yang baik terhadap materi pelajaran.
Namun, pada kenyataannya kadang siswa
mengalami kesulitan pada pembelajaran seperti kesulitan dalam memusatkan
perhatian atau mengingat, yang berujung pada rendahnya hasil pembelajaran.
Sebab untuk mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, dan
membahas dengan orang lain. Bukan cuma itu, siswa perlu mengerjakannnya yakni
menggambarkan sesuatu degan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba
mempraktekkan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah
mereka dapat.
Salah satu mata pelajaran yang menuntut
siswa untuk selalu memusatkan perhatiannya dalam proses pembelajarannya adalah
mata pelajaran matematika. Matematika
merupakan mata pelajaran yang mengutamakan sarana berpikir untuk
mengkaji sesuatu secara logis dan juga sistematis.
Tetapi, pada kenyataannya dalam proses
pemebalajaran yang terjadi dalam dunia pendidikan, matematika merupakan salah
satu mata pelajaran yang membuat siswa merasa sulit untuk memusatkan
perhatiannya. Hal ini dikarenakan situai belajar yang kurang mendukung dan
factor lainnya adalah karena sarana berpikir dalam pembelajaran matematika
haruslah berstruktur, artinya jika siswa tidak menguasai materi-materi dasar
matematika dengan kuat maka siswa akan merasa sulit untuk mengikuti
materi-materi matematika selanjutnya. Sehingga ketika siswa sudah merasa sulit
untuk mencerna materi, siswa akan merasa bosan dan ketika siswa masuk dalam
situasi tes siswa akan merasa kesulitan untuk mengerjakan soal matematika
dikarenakan siswa tidak mempunyai dasar yang kuat dalam mata pelajaran
matematika hal ini mengakibatkan mata pelajaran matematika dicap sebagai mata
pelajaran yang sulit.
Masalah yang terjadi ini tidak terlepas
dari peranan seorang guru. Guru sebagai fasilitator
dalam kegiatan pembelajaran memegangperanan penting dalam peningkatan kualitas
siswa dan prestasi belajar siswa terutama dalam belajar matematika. Guru harus
benar-benar memperhatikan, memikirkan dan sekaligus merencanakan proses
pembelajaran yang menarik bagi siswa, agar siswa semangat dalam belajar dan mau
terlibat dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran tersebut menjadi
efektif.
Untuk itu dalam proses pembelajaran
matematika guru harus mampu memilih model pembelajaran yang dapat
menjadikan siswa mencapai prestasi belajar yang tinggi dan dapat mengembangkan
potensi yang tersimpan dalam dirinya, sehingga mereka akan lebih termotivasi
untuk belajar matematika dan tidak menganggap matematika sebagai pelajaran yang
sulit bahkan menganggap bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang
menyenangkan. Dalam pembelajaran siswa akan lebih termotivasi jika apa yang
dipelajarinya menarik perhatiannya, relevan dengan kebutuhan siswa, menyebabkan
mereka puas dan menambah percaya dirinya.
Salah
satu model yang mampu membuat suasana pembelajaran yang menarik, memotivasi
siswa dan menyenangkan ketika siswa mempelajari materi adalah model Mind Map (peta pikiran). Menurut Iwan Sugiarto
(2004:75) Mind Map (peta pikiran) merupakan suatu metode pembelajaran
yang sangat baik digunakan oleh guru untuk meningkatkan daya hafal siswa dan
pemahaman konsep siswa yang kuat, siswa juga dapat meningkat daya
kreatifitasnya melalui kebebasan berimajinasi. Mind Map (peta pikiran)
juga merupakan teknik meringkas bahan yang akan dipelajari dan memproyeksikan
masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih
mudah memahaminya. Selain kegiatan belajar mengajar akan lebih menarik, siswa
juga akan lebih termotivasi dengan pembelajaran matematika. Sehingga dengan
penerapan metode Mind Map (peta pikiran) dalam pembelajaran matematika,
diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa.
Melihat kurangnya pengusaan siswa terhadap materi matematika
khususnya materi statistika dan peluang, maka dalam penelitian ini peneliti
memilih model pembelajaran mind mapping. Dengan pemilihan model ini,
diharapkan pembelajaran yang terjadi dapat lebih bermakna dan memberi kesan
yang kuat kepada siswa.
Berdasarkan pemikiran diatas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul: “Penerapan
Model Pembelajaran Mind Mapping pada
materi statistika dan peluang untuk siswa kelas IX SMP”.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah
model pembelajaran mind mapping dapat
meningkatkan hasil belajar matematika pada materi statistika dan peluang untuk
siswa Kelas IX SMP?”
C.
Tujuan Penulisan
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar matematika materi statistika dan peluang
pada siswa kelas IX SMP.
D.
Manfaat
Penulisan
Hasil
dari penelitian ini dapat bermanfaat :
1.
Bagi guru, dapat meningkatkan dan memperbaiki sistem pembelajaran
di kelas.
di kelas.
2.
Bagi siswa, dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa
khususnya pada pokok bahasan statistika dan peluang.
khususnya pada pokok bahasan statistika dan peluang.
3.
Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan yang baik pada sekolah.
dalam rangka memberikan pembelajaran matematika pada khususnya.
dalam rangka memberikan pembelajaran matematika pada khususnya.
4.
Bagi penulis: sebagai latihan bagi penulis dalam usaha menyatukan
serta menyusun buah pikiran secara tertulis dan sistematis dalam
bentuk karya ilmiah dan sebagai bahan bandingan atau referensi
khususnya kepada penulis lain yang akan mengkaji masalah yang
relevan.
serta menyusun buah pikiran secara tertulis dan sistematis dalam
bentuk karya ilmiah dan sebagai bahan bandingan atau referensi
khususnya kepada penulis lain yang akan mengkaji masalah yang
relevan.
E.
Penjelasan Istilah
1. TML, TML (Total-Mind Learning) merupakan
istilah yang mungkin baru untuk anda dan mungkin juga saya. TML sendiri
merupakan suatu langkah revolusioner yang merubah paradigma kita tentang arti
"Belajar". TML ini sendiri hadir sebagai jawaban atas pemahaman
manusia kebanyakan tentang arti belajar dengan memperluas arti belajar itu
sendiri dengan mengoptimalkan segala potensi yang ada namun belum termanfaatkan
sehingga pada akhirnya dapat mengoptimalisasi hasil pembelajaran.
2. Generalisasi, Generalisasi adalah
proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
3. Teknik Radiant
Thinking, Radiant
thinking adalah rasional dan artistik, tertata dan kreatif,
seperti sebuah pohon
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Belajar
Belajar pada dasarnya merupakan
penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi
diperoleh siswa kemudian bagaimana informasi itu diproses dalam pikiran siswa.
Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih
meningkatkan pemahaman siswa sebagai hasil belajar.
Menurut Herman Hudojo (2005: 83) belajar
merupakan proses dalam memperoleh pengetahuan baru sehingga mengakibatkan
terjadinya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku dalam proses belajar
terjadi karena interaksi dengan lingkungan (Oemar Hamalik, 2008: 28).
Menurut Nana Sudjana (1987: 28) juga
menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan,
kecakapan, kemampuan dan aspek lain yang ada pada diri individu.
Menurut
Sardiman (2006: 21) belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan
belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu
perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan
dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan,
keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian
diri.
Winkel
(2004:59) mendefinisikan belajar sebagai suatu aktivitas mental/psikis yang
berlangsung dalam interaksi individu dengan sumber belajarnya, yang
menghasilkan sejumlah perubahan. Perubahan-perubahan itu bersifat tetap yang
meliputi perubahan pengetahuan atau pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Dari
beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha
perubahan tingkah laku seseorang yang terjadi secara sadar, intensional,
positif, aktif, efektif dan fungsional karena interaksi dengan lingkungan
sekitarnya, yang mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik yang tidak
ditentukan oleh unsur-unsur turunan genetik, tetapi lebih banyak ditentukan
oleh factor-faktor eksternal baik melalui latihan atau pengalaman yang berlaku
dalam waktu yang cukup lama.
B. Pembelajaran
Menurut
Mulyasa (2007: 14) pembelajaran merupakan proses yang sengaja direncanakan dan
dirancang sedemikian rupa dalam rangka memberikan bantuan bagi terjadinya
proses belajar. Guru berperan sebagai perencana, pelaksana, dan penilai
pembelajaran.
Menurut
konsep komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara
siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan
pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan (Erman
Suherman dkk., 2001: 9).
Menurut
Uzer Usman(2002: 4) pembelajaran merupakan proses yang mengandung serangkaian
tindakan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran merupakan suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran
(Oemar Hamalik, 2005: 57).
Pembelajaran
didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subyek didik yang
direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar
subyek didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan
efisien (Depdiknas, 2004: 7).
Menurut
Oemar Hamalik dalam (http://gurulia.wordpress.com
/2009/03/25/pengertian-pembelajaran/) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
meliputi unsur-unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur
yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun ciri-ciri
pembelajaran sebagai berikut :
1. Pembelajaran
dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.
2. Pembelajaran
dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.
3. Pembelajaran
dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologis
4. Pembelajaran
dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa
5. Pembelajaran
dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik
6. Pembelajaran
dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa
Dari
uraian di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran merupakan proses interaksi
antara peserta didik, pendidik, sumber belajar dan lingkungan belajar dalam
situasi edukatif sehingga menghasilkan perubahan yang relatif tetap pada
pengetahuan dan tingkah laku untuk mencapai tujuan pembelajaran.
C. Matematika
Matematika
berasal dari bahasa latin mathematica yang mulanya diambil dari
perkataan Yunani mathematike yang berarti “relating to learning”.
Kata itu mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu
(Erman Suherman, dkk., 2003: 15).
Menurut
James yang dikutip oleh Erman Suherman (2003: 19), mengatakan matematika adalah
ilmu logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang
berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke
dalam tiga bidang yaitu Aljabar, Analisis dan Geometri.
Herman
Hudojo (2005: 36) mengartikan matematika sebagai ilmu yang berkenaan dengan
ide-ide atau gagasangagasan, struktur-struktur dan hubungannya yang diatur
secara logis bersifat abstrak, penalarannya deduktif dan dapat memasuki wilayah
cabang ilmu lainnya.
Menurut
Johnson dan Rising (Erman Suherman, 2001: 19) matematika adalah pola berfikir,
pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis. Matematika adalah bahasa yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, akurat,
representasinya dengan symbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai
ide dari pada mengenai bunyi (Erman Suherman dkk., 2001: 19).
Reys,
et al (1998: 2) menyatakan bahwa matematika mempelajari tentang pola dan
hubungan, cara berpikir, seni yang bersifat urut dan konsisten, bahasa yang
menggunakan istilah dan simbol, serta alat yang dapat digunakan dalam
menyelesaikan masalah dalam bidang lain, dunia kerja dan kehidupan sehari-hari.
Soedjadi
(2000: 11) menyatakan beberapa definisi matematika berdasarkan sudut pandang
pembuatnya, sebagai berikut:
1. Matematika adalah
cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
sistematis.
sistematis.
2. Matematika adalah
pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3. Matematika adalah
pengetahuan tentang penalaran logika dan berhubungan
dengan bilangan.
dengan bilangan.
4. Matematika adalah
pengetahun tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah
ruang dan bentuk.
ruang dan bentuk.
5. Matematika adalah
pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.
6.
Matematika pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Matematika
berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung mengukur, menurunkan dan
menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
melalui materi aljabar, geometri, logika matematika, peluang dan statistika.
Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan
melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika,
diagram, grafik atau tabel (http://www.lkp2i.org/pdf/smp/Matematika.
pdf ).
Dari
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu
terstruktur yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur, dan
hubungan-hubungan yang berkaitan dengan konsepkonsep abstrak terstruktur dan
terorganisir secara sistematis dalam rangkaian urutan yang logis. Jadi
matematika merupakan ilmu yang tidak sekedar menghitung secara teknis dan
mekanis, tetapi matematika merupakan suatu ilmu deduktif formal dan abstrak
yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.
D. Pembelajaran
Matematika
Menurut
Idris Harta (2006: 4) pembelajaran matematika ditujukan untuk membina kemampuan
siswa diantaranya dalam memahami konsep matematika, menggunakan penalaran,
menyelesaikan masalah, mengkomunikasikan gagasan, dan memiliki sikap menghargai
terhadap matematika. Pembelajaran matematika diarahkan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir matematis, yang meliputi pemahaman, pemecahan masalah,
penalaran, komunikasi, dan koreksi matematis, kritis serta sikap yang terbuka
dan objektif (Utari Sumarmo, 2004: 5).
Herman
Hudojo (2005: 135) menyatakan bahwa pembelajaran matematika berarti
pembelajaran tentang konsep-konsep atau struktur-struktur yang terdapat dalam
bahasan yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep
atau struktur-struktur tersebut.
Sesuai
dengan pengertian di atas, pembelajaran matematika seharusnya dilaksanakan
secara terpadu dengan mengoptimalkan peran siswa sebagai pembelajar. Siswa
tidak hanya mendapatkan pemahaman konsep tetapi siswa juga diharapkan memiliki
keterampilan dan kreativitas dalam belajar matematika sehingga mampu
menerapkannya dalam menyelesaikanmasalah sehari-hari.
Menurut
Utari Sumarmo (2004: 5) pembelajaran matematika diarahkan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir matematis, yang meliputi pemahaman, pemecahan masalah,
penalaran, komunikasi, dan koreksi matematis, kritis serta sikap yang terbuka
dan objektif. Dalam pembelajaran matematika, siswa dibiasakan untuk memperoleh
pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak
dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi). Dengan pengamatan terhadap
contoh-contoh dan bukan contoh diharapkan siswa mampu menangkap pengertian
suatu konsep (Erman Suherman, 2001: 55).
Tujuan
pembelajaran matematika menurut Arini (http://arinimath.
blogspot.com/2008/02/definisi-matematika.html) adalah:
1. Melatih
cara berpikir dan menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
2. Mengembangkan aktivitas kreatif dalam memahami
konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan
masalah.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi
atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik,
peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan
serangkaian kegiatan yang melibatkan pendidik dan peserta didik secara aktif
untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan matematika. Pembelajaran matematika
juga merupakan proses pembentukan pengetahuan dan pemahaman matematika oleh
siswa yang berkembang secara optimal untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan, siswa
dituntut aktif, memiliki kemandirian, dan bertanggungjawab selama mengikuti
proses pembelajaran matematika. Dimana guru sebagai perencana pembelajaran,
pelaksana pembelajaran yang mendidik, dan penilai proses hasil pembelajaran.
E.
Model
Pembelajaran Mind Mapping
Mind Map (peta
pikiran) merupakan suatu metode pembelajaran yang dirancang untuk membantu
siswa dalam menentukan dan menyusun inti-inti yang penting dari materi
pelajaran, serta metode yang dapat membantu siswa untuk meningkatkan
pengetahuan siswa dalam penguasaan konsep dari suatu pokok materi pelajaran.
Adapun tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode ini adalah:
1. mempelajari
konsep suatu materi pelajaran,
2. menentukan
ide-ide pokok,
3. membuat peta pikiran,
4. mempresentasikandidepan
kelas.
Dalam
mempelajari konsep suatu materi pelajaran siswa dibimbing oleh guru, siswa
membaca seluruh isi materi dan memahami materi secara keseluruhan. Peranan guru
hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing sehingga diharapkan siswa lebih
banyak melakukan kegiatan sendiri atas bimbingan guru. Menentukan ide-ide pokok
dalam hal ini siswa aktif menemukan dan memilih kata-kata kunci atau istilah
penting dari suatu materi pelajaran yang telah dipelajari. Membuat atau
menyusun peta pikiran dalam hal ini setelah siswa menemukan seluruh kata-kata
kunci atau istilah penting dari suatu materi pelajaran yang telah dipelajari,
kemudian siswa menyusun kata kunci tersebut menjadi suatu struktur peta pikiran
yang paling mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa. Mempresentasikan yang dimaksud
adalah aktifitas siswa dalam menjelaskan materi yang telah dipelajari, serta
menuangkan ide peta pikirannya didepan kelas guna mengkomunikasikan ide dari
siswa kepada siswa lain.
Pada
pelaksanaan pembelajaran dengan metode Mind Map (peta pikiran) siswa
dapat mengembangkan kemampuan belajar mandiri, siswa memiliki kemampuan untuk
mengembangkan pengetahuannya sendiri. Pengalaman yang diperoleh siswa akan
semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil
dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Dalam konteks ini siswa mengalami dan
melakukannya sendiri. Proses pembelajaran yang berlangsung melibatkan siswa
sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu konsep. Keterlibatan guru hanya
sebagai fasilitator, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide-ide. Setiap individu mempunyai potensi yang harus
dikembangkan, maka proses pembelajaran yang cocok adalah yang menggali motivasi
siswa untuk selalu kreatif dan berkembang.
Pembelajaran
dengan metode Mind Map lebih menekankan pada keaktifan dan kegiatan
kreatif siswa, akan meningkatkan daya hafal dan pemahaman konsep siswa yang
kuat, serta siswa menjadi lebih kreatif. Selain kegiatan belajar mengajar akan
lebih menarik, siswa juga akan lebih tekun dalam belajar dan menghadapi tugas,
ulet menghadapi kesulitan, senang mencari dan memecahkan masalah matematika
yang bervariasi, sanggup bekerja mandiri, dan dapat mempertahankan pendapatnya.
Hal ini menguatkan bahwa penerapan metode Mind Map (peta pikiran) merupakan
metode pembelajaran yang cocok digunakan dalam upaya meningkatkan motivasi
belajar siswa. Sehingga ada dugaan bahwa pembelajaran matematika dengan metode Mind
Map (peta pikiran) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
F. Hakikat
Mind Mapping ( Peta Pikiran )
Pada
tahun 1975, Tony Buzan telah mengembangkan suatu metode pembelajaran dalam
dunia pendidikan yang dapat melatih siswa berpikir dengan lebih berdayaguna,
yaitu suatu metode yang terkenal dengan istilah Mind Mapping (peta
pikiran) dan sejak itu metode Mind Mapping (peta pikiran) berkembang dan
telah banyak dipergunakan dalam pembelajaran. (http://www.tonybuzan.edu.sg/oldsite/mindmap.html)
Menurut
Tony Buzan (2004: 68) Mind Mapping (peta pikiran) adalah metode untuk
menyimpan suatu informasi yang diterima oleh seseorang dan mengingat kembali
informasi yang diterima tesebut. Mind Mapping (peta pikiran) juga
merupakan teknik meringkas bahan yang akan dipelajari dan memproyeksikan
masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih
mudah memahaminya. Mind mapping (peta pikiran) merupakan satu bentuk
metode belajar yang efektif untuk memahami kerangka konsep suatu materi pelajaran.
Iwan
Sugiarto (2004: 75) menerangkan bahwa Mind Mapping (petapikiran)
merupakan suatu metode pembelajaran yang sangat baikdigunakan oleh guru untuk
meningkatkan daya hafal siswa dan pemahaman konsep siswa yang kuat, siswa juga
dapat meningkatkan daya kreatifitas melalui kebebasan berimajinasi. Lebih
lanjut Iwan Sugiarto (2004: 76) menerangkan bahwa Mind mapping (peta
pikiran) adalah eksplorasi kreatif yang dilakukan oleh individu tentang suatu
konsep secara keseluruhan, dengan membentangkan subtopik-subtopik dan gagasan
yang berkaitan dengan konsep tersebut dalam satu presentasi utuh pada selembar
kertas, melalui penggambaran simbol, kata-kata, garis, dan tanda panah.
Menurut
Hudojo, et al (2002: 9) Mind Mapping (peta pikiran) adalah keterkaitan
antara konsep suatu materi pelajaran yang direpresentasikan dalam jaringan
konsep yang dimulai dari inti permasalahan sampai pada bagian pendukung yang
mempunyai hubungan satu dengan lainnya, sehingga dapat membentuk pengetahuan
dan mempermudah pemahaman suatu topik pelajaran.
Menurut
Martin (Basuki, 2000: 22) mengungkapkan bahwa Mind Mapping (peta
pikiran) merupakan petunjuk bagi guru, untuk menunjukkan hubungan antara
ide-ide yang penting dalam materi pelajaran.
Sedangkan
menurut Arends (Basuki, 2000: 25) menuliskan bahwa Mind Mapping (peta
pikiran) merupakan suatu cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat
sejumlah informasi baru. Dengan penyajian peta konsep yang baik maka siswa
dapat mengingat suatu materi dengan lebih lama lagi.
Bobbi
de Porter dan Hernacki (1999: 152) menjelaskan, Mind Mapping (peta
pikiran) merupakan metode pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan
citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk suatu kesan
yang lebih dalam.
Mind
Mapping (peta pikiran) adalah teknik meringkas konsep
yang akan dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam
bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya (Iwan
Sugiarto, 2004: 74).
Menurut
Eric Jensen (2002: 95) Mind Mapping (peta pikiran) sangat bermanfaat
untuk memahami materi, terutama materi yang telah diterima oleh siswa dalam
proses pembelajaran. Mind Mapping (peta pikiran) bertujuan membuat
materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu
merekam, memperkuat, dan mengingat kembali informasi yang telah dipelajari.
Menurut
Tony Buzan (2004: 68) Mind Mapping (peta pikiran) dapat menghubungkan
konsep yang baru diperoleh siswa dengan konsep yang sudah didapat dalam proses
pembelajaran, sehingga menimbulkan adanya tindakan aktif yang dilakukan oleh
siswa. Sehingga akan menciptakan suatu hasil peta pikiran berupa konsep materi
yang baru dan berbeda. Peta pikiran merupakan salah satu produk kreatif yang
dihasilkan oleh siswa dalam kegiatan belajar.
Menurut
Hudojo (2002: 25) Melalui proses pembelajaran dengan metode Mind Mapping (peta
pikiran) ini, Guru membimbing siswa mempelajari konsep suatu materi pelajaran.
Siswa mencari inti-inti pokok yang penting dari materi yang dipelajari. Setelah
siswa memahami konsep materi yang dipelajari, kemudian siswa melengkapi dan
membuat peta pikiran. Kegiatan berikutnya guru memberikan contoh soal kemudian
dikerjakan oleh siswa, kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh
pemahaman konsep siswa terhadap suatu materi yang dipelajari. Sehingga diharapkan siswa dapat mengembangkan
kemampuan belajar mandiri, siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan
pengetahuannya sendiri dan guru cukup berperan sebagai fasilitator dalam proses
pembelajaran (Mulyasa, 2007: 14)
Menurut
teori motivasi ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), siswa
akan termotivasi jika apa yang dipelajarinya menarik perhatiannya,
relevan dengan kebutuhan siswa, apa yang mereka pelajari menyebabkan
mereka puas dan menambah percaya dirinya. Dalam kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan metode Mind Mapping, Pertama siswa mempelajari
konsep suatu materi dengan bimbingan guru, dalam kegiatan ini siswa
lebih banyak melakukan kegiatan sendiri sehingga menumbuhkan rasa tekun dalam
belajar dan ulet menghadapi kesulitan pada diri siswa. Kedua menentukan
ide-ide pokok, dalam kegiatan ini siswa aktif menemukan dan memilih
kata-kata kunci atau istilah penting dari suatu materi pelajaran yang
telah dipelajari sehingga mengembangkan kemampuan siswa dalam mencari
dan memecahkan bermacam-macam masalah. Ketiga membuat atau menyusun Mind
Mapping (peta pikiran), dalam hal ini setelah siswa menemukan
seluruh kata-kata kunci atau istilah penting dari suatu materi pelajaran
yang telah dipelajari, kemudian siswa menyusun kata kunci tersebut
menjadi suatu struktur peta pikiran yang paling mudah dipahami dan
dimengerti oleh siswa sehingga kegiatan ini mengembangkan kemandirian
siswa dalam menyelasaikan tugas. Keempat presentasi didepan kelas,
mempresentasikan yang dimaksud adalah aktifitas siswa dalam menjelaskan
peta pikirannya didepan kelas guna mengkomunikasikan ide dari siswa
kepada siswa lain yang pada akhirnya ada kesempatan cukup bagi siswa
untuk mempertahankan dan mempertanggungjawabkan pendapatnya. Dalam
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Mind Mapping ini siswa
aktif menyusun inti-inti dari suatu materi pelajaran menjadi peta
pikiran. Menurut Tony Buzan (2008: 171) dalam bukunya yang berjudul “Buku
Pintar Mind Mapping” menunjukan bahwa Mind Map (peta pikiran)
ini akan membantu anak:
(1)
Mudah mengingat sesuatu;
(2)
Mengingat fakta, Angka, dan Rumus dengan mudah;
(3)
Meningkatkan Motivasi dan Konsentrasi;
(4)
Mengingat dan menghafal menjadi lebih cepat.
Tony
Buzan juga menunjukan bahwa siswa akan menghafal dengan cepat dan mudah
berkosentrasi dengan teknik peta pikiran sehingga menimbulkan keinginan
untuk memperoleh pengetahuan serta keinginan untuk berhasil.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui
bahwa metode Mind Map (peta pikiran) adalah metode yang dirancang oleh
guru untuk membantu siswa dalam proses belajar, menyimpan informasi
berupa materi pelajaran yang diterima oleh siswa pada saat pembelajaran,
dan membantu siswa menyusun inti-inti yang penting dari materi pelajaran
kedalam bentuk peta atau grafik sehingga siswa lebih mudah memahaminya.
G. Pembelajaran
dengan Menggunakan Metode Mind Map (Peta Pikiran)
Menurut
Ausubel yang dikutip Hudojo (2002: 10) menyatakan bahwa pembelajaran yang
menggunakan Mind Mapping (peta pikiran) dapat membuat suasana belajar
menjadi bermakna karena pengetahuan atau informasi yang baru diajarkan menjadi
lebih mudah terserap siswa. Lebih lanjut Ausubel yang dikutip Hudojo (2002: 10)
menerangkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Mind Mapping (peta
pikiran), akan membantu siswa dalam meringkas materi pelajaran yang diterima
oleh siswa pada saat proses pembelajaran sehingga menjadi lebih mudah dipahami
oleh siswa.
Menurut
Pandley (1994: 45) Metode Mind Mapping (peta pikiran) bertujuan untuk
membangun pengetahuan siswa dalam belajar secara sistematis, yaitu sebagai
teknik untuk meningkatkan pengetahuan siswa dalam penguasaan konsep dari suatu
materi pelajaran Pandley (1994: 46) Adapun tahap-tahap pembelajaran matematika
dengan menggunakan metode Mind Mapping sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan materi dan tujuan
pembelajaran tentang materipelajaran yang akan dipelajari.
2. Siswa
mempelajari konsep tentang materi pelajaran yang dipelajari dengan bimbingan
guru.
3. Setelah
siswa memahami materi yang telah diterangkan oleh guru, guru mengelompokkan
siswa ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan tempat duduk yang berdekatan.
Kemudian siswa dihimbau untuk membuat peta pikiran dari materi yang dipelajari.
4. Untuk mengevaluasi siswa tentang pemahaman
terhadap unsur-unsur penyusun bentuk aljabar guru menunjuk beberapa siswa untuk
mempresentasikan hasil peta pikiran tentang unsur-unsur penyusun bentuk aljabar
dengan mencatat atau menuliskan di papan tulis.
5. Dari
hasil presentasi yang ditulis oleh siswa di papan tulis, guru membimbing siswa
untuk membuat kesimpulan.
6. Guru
memberikan soal latihan tentang materi yang telah dipelajari kepada siswa untuk
dikerjakan secara individu.
7. Pada
akhir pembelajaran diadakan tes untuk mengetahui pemahaman konsep dan kemampuan
akademis siswa.
Dari
uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran dengan metode Mind
Mapping (peta pikiran) adalah metode pembelajaran yang dirancang untuk
memberikan siswa tentang keterampilan berfikir, serta merupakan suatu metode
pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk menghubungkan konsep-konsep yang
penting dalam mempelajari suatu materi pelajaran sehingga dapat meningkatkan
motivasi.
H. Strategi
Pembelajaran Peta Pikiran (Mind Mapping)
Belajar berbasis pada konsep peta pikiran (mind
mapping) merupakan cara belajar yang menggunakan konsep pembelajaran
komprehensif Total-Mind Learning (TML). Pada konteks TML,
pembelajaran mendapatkan arti yang lebih luas. Bahwasanya, di setiap saat semua
orang bisa belajar, karena belajar merupakan proses alamiah.
Dari tinjauan Psikologis, belajar merupakan aktivitas
pemrosesan informasi, yang dapat diartikan sebagai proses pembentukan
pengetahuan. Menurut Peaget, setiap anak memiliki skema yang merupakan konsep
di dalam pikiran individu yang dipakai untuk mengorganisasikan dan
menginterpretasikan informasi. Sedangkan menurut Vygotsky, kemampuan kognitif
dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus, yang berfungsi sebagai
alat psikologis untuk membantu dan mentransformasi aktivitas mental (Santrock
dalam Astutiamin, 2009).
Kenyatannya, bahwa
dunia pembelajaran bagi anak saat ini dibanjiri dengan informasi yang up to
date setiap saat. Ketidakmampuan memproses informasi secara optimal di
tengah arus informasi menyebabkan banyak individu yang mengalami hambatan dalam
belajar. Menurut Yovan dalam Astutiamin (2009), hambatan pemrosesan informasi
terletak pada dua hal utama, yaitu proses pencatatan dan proses penyajian
kembali. Keduanya merupakan proses yang saling berhubungan satu sama lain.
Dalam hal pencatatan, seringkali individu tanpa disadari
membuat catatan yang tidak efektif. Sebagian besar melakukan pencatatan dengan
menyalin langsung seluruh informasi yang tersaji pada buku atau penjelasan
lisan. Hal ini mengakibatkan hubungan antar ide/informasi menjadi sangat
terbatas dan spesifik, sehingga berujung pada minimnya kreativitas yang dapat
dikembangkan setelahnya. Selain itu, bentuk pencatatan seperti ini juga
memunculkan kesulitan untu mengingat dan menggunakan seluruh informasi tersebut
dalam belajar atau bekerja (Yovan dalam Astutiamin, 2009).
Sedangkan dalam hal penyajian kembali informasi,
kemampuan yang paling dibutuhkan adalah memanggil ulang (recalling)
informasi yang telah dipelajari. Pemaggilan ulang merupakan kemampuan
menyajikan secara tertulis atau lisan berbagai informasi dan hubungannya, dalam
format yang sangat personal. Hal ini merupakan salah satu indikator pemahaman
individu atas informasi yang diberikan. Dengan demikian, proses pemanggilan
ulang sangat erat hubungannya dengan proses pengingatan (Yovan dalam
Astutiamin, 2009).
Salah satu hal yang berperan dalam pengingatan adalah
asosiasi yang kuat antar informasi dengan interpretasi dari informasi tersebut.
Kondisi ini,
hanya bisa terjadi ketika informasi tersebut memiliki representasi mental di
pikiran.
Bentuk pencatatan yang dapat mengakomodir berbagai maksud
di atas adalah dengan peta pikiran (mind mapping). Konsep mind
mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an.
Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Mind mapping merupakan
tehnik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak
agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Dengan
metode mind mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga
78%.
Dengan peta pikiran, individu dapat mengantisipasi
derasnya laju informasi dengan memiliki kemampuan mencatat yang memungkinkan
terciptanya “hasil cetak mental. Hal ini tidak hanya dapat membantu dalam
mempelajari informasi yang diberikan, tapi juga dapat merefleksikan pemahaman
personal yang mendalam atas informasi tersebut. Selain itu mind
mapping juga memungkinkan terjadinya asosiasi yang lebih lengkap pada
informasi yang ingin dipelajari, baik asosiasi antar sesama informasi yang
ingin dipelajari ataupun dengan informasi yang telah tersimpam sebelumnya
diingatan (Yovan dalam Astutiamin, 2009).
I.
Kelemahan dan Kelebihan metode mind mapping
Ada
beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind mapping ini, yaitu :
a. Cara ini cepat
b. Teknik dapat digunakan untuk
mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda
c. Proses mengganbar diagram bisa
memunculkan ide-ide yang lain.
d. Diagram yang sudah terbentuk bisa
menjadi panduan untuk
menulis.
menulis.
Kekurangan model pembelajaran mind
mapping:
a. Hanya siswa yang aktif yang terlibat
b. Tidak sepenuhnya murid yang belajar
c. Jumlah detail informasi tidak dapat
dimasukkan
J.
Statistika Dan Peluang
a. Statistika
Statistika adalah ilmu yang merupakan
cabang dari matematika. Definisi statistika
sendiri merupakan ilmu yang
mempelajari proses pengolahan dan analisis data hingga penarikan kesimpulan
dari data tersebut. Sedangkan statistik
merupakan hasil dari proses pengolahan dan
analisis data hingga penarikan kesimpulan dari data dalam bentuk nilai-nilai
ukuran.
Kegiatan
Statistika meliputi:
1. Mengumpulkan data
2. Menyusun data
3. Menyajikan data
4. Mengolah dan Menganalisis data
5. Menarik kesimpulan
6. Menafsirkan
1. Mengumpulkan data
2. Menyusun data
3. Menyajikan data
4. Mengolah dan Menganalisis data
5. Menarik kesimpulan
6. Menafsirkan
b. Peluang
Peluang
atau keboleh jadian atau dikenal
juga sebagai probabilitas adalah
cara untuk mengungkapkan pengetahuan atau kepercayaan bahwa suatu kejadian akan
berlaku atau telah terjadi. Konsep ini telah dirumuskan dengan lebih ketat
dalam matematika, dan kemudian
digunakan secara lebih luas dalam tidak hanya dalam matematika atau statistika,
tapi juga keuangan,
sains
dan filsafat
Peluang dalam konsep matematika: Probabilitas suatu kejadian
adalah angka yang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian. Nilainya
di antara 0 dan 1. Kejadian yang mempunyai nilai probabilitas 1 adalah kejadian
yang pasti terjadi atau sesuatu yang telah terjadi. Probabilitas/Peluang suatu
kejadian A terjadi dilambangkan dengan notasi P(A), p(A),
atau Pr(A). Sebaliknya probabilitas [bukan A] atau komplemen A,
atau probabilitas suatu kejadian A tidak akan terjadi, adalah 1-P(A).
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
a.
Belajar
belajar
merupakan usaha perubahan tingkah laku seseorang yang terjadi secara sadar, intensional,
positif, aktif, efektif dan fungsional karena interaksi dengan lingkungan
sekitarnya, yang mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik yang tidak
ditentukan oleh unsur-unsur turunan genetik, tetapi lebih banyak ditentukan
oleh factor-faktor eksternal baik melalui latihan atau pengalaman yang berlaku
dalam waktu yang cukup lama.
b.
Pembelajaran
pembelajaran
merupakan proses interaksi antara peserta didik, pendidik, sumber belajar dan
lingkungan belajar dalam situasi edukatif sehingga menghasilkan perubahan yang
relatif tetap pada pengetahuan dan tingkah laku untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
c.
Matematika
matematika
adalah suatu ilmu terstruktur yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur,
dan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan konsepkonsep abstrak terstruktur
dan terorganisir secara sistematis dalam rangkaian urutan yang logis.
d.
Pembelajaran
matematika
Pembelajaran
matematika merupakan proses pembentukan pengetahuan dan pemahaman matematika
oleh siswa yang berkembang secara optimal untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan, siswa
dituntut aktif, memiliki kemandirian, dan bertanggungjawab selama mengikuti
proses pembelajaran matematika. Dimana guru sebagai perencana pembelajaran,
pelaksana pembelajaran yang mendidik, dan penilai proses hasil pembelajaran.
e. Pembelajaran
dengan metode Mind Map lebih menekankan pada keaktifan dan kegiatan kreatif siswa, akan meningkatkan
daya hafal dan pemahaman
konsep siswa yang kuat, serta siswa menjadi lebih kreatif.
konsep siswa yang kuat, serta siswa menjadi lebih kreatif.
f.
Hakikat
mind mapping
Dengan peta
pikiran, individu dapat mengantisipasi derasnya laju informasi dengan memiliki
kemampuan mencatat yang memungkinkan terciptanya “hasil cetak mental.
g. Kelemahan
dan Kelebihan metode mind mapping
Ada
beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind mapping ini, yaitu:
a. Cara ini cepat
b. Teknik dapat digunakan untuk
mengorganisasikan ide-ide yang
muncul dikepala anda
muncul dikepala anda
c. Proses mengganbar diagram bisa
memunculkan ide-ide yang lain.
d. Diagram yang sudah terbentuk bisa
menjadi panduan untuk
menulis.
menulis.
Kekurangan model pembelajaran mind
mapping:
a. Hanya siswa yang aktif yang terlibat
b. Tidak sepenuhnya murid yang belajar
c. Jumlah detail informasi tidak dapat
dimasukkan
h.
Statistika
Dan Peluang
a. Statistika
adalah ilmu yang merupakan cabang dari matematika. Definisi statistika sendiri merupakan ilmu yang mempelajari proses
pengolahan dan analisis data hingga penarikan kesimpulan dari data tersebut.
b. Peluang atau keboleh jadian atau dikenal juga
sebagai probabilitas adalah cara
untuk mengungkapkan pengetahuan atau kepercayaan bahwa suatu kejadian akan
berlaku atau telah terjadi.
Dalam pembelajaran matematika merupakan serangkaian
kegiatan yang melibatkan pendidik dan
peserta didik secara aktif untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan
matematika. Pembelajaran matematika juga merupakan proses pembentukan
pengetahuan dan pemahaman matematika oleh siswa yang berkembang secara optimal
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang ditetapkan, siswa dituntut
aktif, kreatif, memiliki kemandirian, dan bertanggungjawab selama
mengikuti proses pembelajaran matematika.
Untuk itu dalam proses pembelajaran
matematika dibutuhkan model yang mampu membuat siswa aktif dalam kelas kemudian
mampu membangun kreatifitas siswa dan juga mudah untuk memahami dan mengerti
materi secara terstruktur., salah satu model pembelajarannya yaitu model
pembelajaran mind mapping diharapkan
mampu meningkatkan hasil belajar
matematika pada materi statistika dan peluang.
B.
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian, peneliti mempunyai beberapa saran yang
perlu dipertimbangkan yaitu:
a.
Penerapan pembelajaran
dengan menggunakan metode Mind Map (peta pikiran) membutuhkan pengelolaan
kelas dan waktu yang baik, sehingga diperlukan perencanaan kegiatan
pembelajaran agar penggunaan waktu dalam pembelajaran dapat lebih efektif.
b.
Pembelajaran matematika
dengan metode Mind Map (peta pikiran) dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif kegiatan pembelajaran matematika di SMP karena pembelajaran
menggunakan metode ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Basuki, T. 2000. Pembelajaran
Matematika Disertai Penyusunan Peta Konsep. Tesis. Bandung : PPS UPI
Bandung
Budiningsih, C. Asri. 2006. Belajar dan Pembelajaran, PT. Rineka Cipta, Cet. I. Jakarta
Buzan. Tony dan Barry. 2004. Memahami
Peta Pikiran : The Mind Map Book. Batam: Interaksa.
Buzan. Tony. 2004. Mind Map: Untuk
meningkatkan Kreativitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Buzan, Tony, 2008. Buku Pintar Mind
Map. Jakarta : Pt. Gramedia Pustaka Utama, Cet. VI.
Depdiknas. 2004. Model
Pembelajaran Matematika. Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain.
2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. III
Mulyasa. 2007. Menjadi guru Profesional
menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Nana Syaodih Sukmadinata. 2003. Landasan
Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Ngalim Purwanto. 2003. Psikologi
Pendidikan. Bandung: PT Rosdakarya.
Oemar Hamalik. 2008. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Oemar Hamalik. 2005. Perencanaan
Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan
Matematika di Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Winkel, W. S. 1991. Psikologi
Pengajaran. Jakarta : Grasindo
http://www.duniaguru.com/index.php?option=com_content&task=view&id=820&Itemid=88. Diakses pada tanggal 26 Februari 2014
http://en.wikipedia.org/wiki/Mind_map. Diakses
pada tanggal 26 Februari 2014
http://www.tonybuzan.edu.sg/oldsite/mindmap.html. Diakses pada tanggal 26 Februari 2014
http://www.lkp2i.org/pdf/smp/Matematika.pdf.
Diakses pada tanggal 26 Februari 2014
http://learning-with-me.blogspot.com/2006/09/pembelajaran.html.
Diakses pada tanggal 26 Februari 2014
http://petakonsepanakbangsa.org/2008/04/23/penerapan-peta-konsepsegitiga-
pada-siswa-sma/. Diakses pada tanggal 26
Februari 2014
http://pkab.wordpress.com/2008/06/12/penggunaan-media-padapengajaran
matematika/. Diakses pada tanggal 26 Februari 2014
http://pkab.wordpress.com/2008/06/12/penggunaan-media-padapengajaran-
matematika/. Diakses pada tanggal 26
Februari 2014
http://learning-withme.blogspot.com/2006/09/pembelajaran.html.Diakses
pada tanggal 26 Februari 2014
http://gurulia.wordpress.com/2009/03/25/pengertian-pembelajaran/.Diakses
pada tanggal 26 Februari 2014
http://www.ignatius-edu.com/revolusiner-cara-belajar-dengan-metodemind-mapping.html.
Diakses pada tanggal 26 Februari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar