Minggu, 08 Juni 2014

Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping Pada Materi Statistika dan Peluang Untuk Siswa Kelas IX SMP



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
       Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar yang dilakukan oleh guru, dan belajar yang dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini, peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar agar proses belajar lebih memadai. Pembelajaran diartikan sebagai proses belajar yang dibangun guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan untuk meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
       Namun, pada kenyataannya kadang siswa mengalami kesulitan pada pembelajaran seperti kesulitan dalam memusatkan perhatian atau mengingat, yang berujung pada rendahnya hasil pembelajaran. Sebab untuk mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, dan membahas dengan orang lain. Bukan cuma itu, siswa perlu mengerjakannnya yakni menggambarkan sesuatu degan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah mereka dapat.
       Salah satu mata pelajaran yang menuntut siswa untuk selalu memusatkan perhatiannya dalam proses pembelajarannya adalah mata pelajaran matematika. Matematika  merupakan mata pelajaran yang mengutamakan sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan juga sistematis. 
       Tetapi, pada kenyataannya dalam proses pemebalajaran yang terjadi dalam dunia pendidikan, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang membuat siswa merasa sulit untuk memusatkan perhatiannya. Hal ini dikarenakan situai belajar yang kurang mendukung dan factor lainnya adalah karena sarana berpikir dalam pembelajaran matematika haruslah berstruktur, artinya jika siswa tidak menguasai materi-materi dasar matematika dengan kuat maka siswa akan merasa sulit untuk mengikuti materi-materi matematika selanjutnya. Sehingga ketika siswa sudah merasa sulit untuk mencerna materi, siswa akan merasa bosan dan ketika siswa masuk dalam situasi tes siswa akan merasa kesulitan untuk mengerjakan soal matematika dikarenakan siswa tidak mempunyai dasar yang kuat dalam mata pelajaran matematika hal ini mengakibatkan mata pelajaran matematika dicap sebagai mata pelajaran yang sulit.
       Masalah yang terjadi ini tidak terlepas dari peranan seorang guru. Guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran memegangperanan penting dalam peningkatan kualitas siswa dan prestasi belajar siswa terutama dalam belajar matematika. Guru harus benar-benar memperhatikan, memikirkan dan sekaligus merencanakan proses pembelajaran yang menarik bagi siswa, agar siswa semangat dalam belajar dan mau terlibat dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran tersebut menjadi efektif.
Untuk itu dalam proses pembelajaran matematika guru harus mampu memilih model pembelajaran yang dapat menjadikan siswa mencapai prestasi belajar yang tinggi dan dapat mengembangkan potensi yang tersimpan dalam dirinya, sehingga mereka akan lebih termotivasi untuk belajar matematika dan tidak menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit bahkan menganggap bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang menyenangkan. Dalam pembelajaran siswa akan lebih termotivasi jika apa yang dipelajarinya menarik perhatiannya, relevan dengan kebutuhan siswa, menyebabkan mereka puas dan menambah percaya dirinya.
Salah satu model yang mampu membuat suasana pembelajaran yang menarik, memotivasi siswa dan menyenangkan ketika siswa mempelajari materi adalah model  Mind Map (peta pikiran). Menurut Iwan Sugiarto (2004:75) Mind Map (peta pikiran) merupakan suatu metode pembelajaran yang sangat baik digunakan oleh guru untuk meningkatkan daya hafal siswa dan pemahaman konsep siswa yang kuat, siswa juga dapat meningkat daya kreatifitasnya melalui kebebasan berimajinasi. Mind Map (peta pikiran) juga merupakan teknik meringkas bahan yang akan dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya. Selain kegiatan belajar mengajar akan lebih menarik, siswa juga akan lebih termotivasi dengan pembelajaran matematika. Sehingga dengan penerapan metode Mind Map (peta pikiran) dalam pembelajaran matematika, diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa.
       Melihat kurangnya pengusaan siswa terhadap materi matematika khususnya materi statistika dan peluang, maka dalam penelitian ini peneliti memilih model pembelajaran mind mapping. Dengan pemilihan model ini, diharapkan pembelajaran yang terjadi dapat lebih bermakna dan memberi kesan yang kuat kepada siswa.
       Berdasarkan pemikiran diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul: “Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping pada materi statistika dan peluang untuk siswa kelas IX SMP”.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah model pembelajaran mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi statistika dan peluang untuk siswa Kelas IX SMP?”

C.    Tujuan Penulisan
       Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika materi statistika dan peluang pada siswa kelas IX SMP.
D.    Manfaat Penulisan
Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat :
1.      Bagi guru, dapat meningkatkan dan memperbaiki sistem pembelajaran
          di kelas.
2.      Bagi siswa, dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa
          khususnya pada pokok bahasan statistika dan peluang.
3.      Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan yang baik pada sekolah.
          dalam rangka memberikan pembelajaran matematika pada khususnya.
4.      Bagi penulis: sebagai latihan bagi penulis dalam usaha menyatukan
          serta menyusun buah pikiran secara tertulis dan sistematis dalam
          bentuk karya ilmiah dan sebagai bahan bandingan atau referensi
          khususnya kepada penulis lain yang akan mengkaji masalah yang
          relevan.
E.     Penjelasan Istilah
1.      TML, TML (Total-Mind Learning) merupakan istilah yang mungkin baru untuk anda dan mungkin juga saya. TML sendiri merupakan suatu langkah revolusioner yang merubah paradigma kita tentang arti "Belajar". TML ini sendiri hadir sebagai jawaban atas pemahaman manusia kebanyakan tentang arti belajar dengan memperluas arti belajar itu sendiri dengan mengoptimalkan segala potensi yang ada namun belum termanfaatkan sehingga pada akhirnya dapat mengoptimalisasi hasil pembelajaran.
2.      Generalisasi, Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
3.      Teknik Radiant Thinking, Radiant thinking adalah rasional dan artistik, tertata dan kreatif, seperti sebuah pohon

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Belajar
       Belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diperoleh siswa kemudian bagaimana informasi itu diproses dalam pikiran siswa. Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa sebagai hasil belajar.
       Menurut Herman Hudojo (2005: 83) belajar merupakan proses dalam memperoleh pengetahuan baru sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku dalam proses belajar terjadi karena interaksi dengan lingkungan (Oemar Hamalik, 2008: 28).
      Menurut Nana Sudjana (1987: 28) juga menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kemampuan dan aspek lain yang ada pada diri individu.
Menurut Sardiman (2006: 21) belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri.

Winkel (2004:59) mendefinisikan belajar sebagai suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi individu dengan sumber belajarnya, yang menghasilkan sejumlah perubahan. Perubahan-perubahan itu bersifat tetap yang meliputi perubahan pengetahuan atau pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha perubahan tingkah laku seseorang yang terjadi secara sadar, intensional, positif, aktif, efektif dan fungsional karena interaksi dengan lingkungan sekitarnya, yang mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik yang tidak ditentukan oleh unsur-unsur turunan genetik, tetapi lebih banyak ditentukan oleh factor-faktor eksternal baik melalui latihan atau pengalaman yang berlaku dalam waktu yang cukup lama.

B.     Pembelajaran
Menurut Mulyasa (2007: 14) pembelajaran merupakan proses yang sengaja direncanakan dan dirancang sedemikian rupa dalam rangka memberikan bantuan bagi terjadinya proses belajar. Guru berperan sebagai perencana, pelaksana, dan penilai pembelajaran.
Menurut konsep komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan (Erman Suherman dkk., 2001: 9).

Menurut Uzer Usman(2002: 4) pembelajaran merupakan proses yang mengandung serangkaian tindakan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2005: 57).
Pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subyek didik yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien (Depdiknas, 2004: 7).
Menurut Oemar Hamalik dalam (http://gurulia.wordpress.com /2009/03/25/pengertian-pembelajaran/) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang meliputi unsur-unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut :
1.      Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.
2.      Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.
3.      Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologis
4.      Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa
5.      Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik
6.      Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik, pendidik, sumber belajar dan lingkungan belajar dalam situasi edukatif sehingga menghasilkan perubahan yang relatif tetap pada pengetahuan dan tingkah laku untuk mencapai tujuan pembelajaran.

C.    Matematika
Matematika berasal dari bahasa latin mathematica yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti “relating to learning”. Kata itu mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (Erman Suherman, dkk., 2003: 15).
Menurut James yang dikutip oleh Erman Suherman (2003: 19), mengatakan matematika adalah ilmu logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu Aljabar, Analisis dan Geometri.
Herman Hudojo (2005: 36) mengartikan matematika sebagai ilmu yang berkenaan dengan ide-ide atau gagasangagasan, struktur-struktur dan hubungannya yang diatur secara logis bersifat abstrak, penalarannya deduktif dan dapat memasuki wilayah cabang ilmu lainnya.
Menurut Johnson dan Rising (Erman Suherman, 2001: 19) matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis. Matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, akurat, representasinya dengan symbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada mengenai bunyi (Erman Suherman dkk., 2001: 19).
Reys, et al (1998: 2) menyatakan bahwa matematika mempelajari tentang pola dan hubungan, cara berpikir, seni yang bersifat urut dan konsisten, bahasa yang menggunakan istilah dan simbol, serta alat yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah dalam bidang lain, dunia kerja dan kehidupan sehari-hari.

Soedjadi (2000: 11) menyatakan beberapa definisi matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, sebagai berikut:
1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
                sistematis.
2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logika dan berhubungan 
                dengan bilangan.
4. Matematika adalah pengetahun tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah 
                 ruang dan bentuk.
5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.
6. Matematika pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi aljabar, geometri, logika matematika, peluang dan statistika. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel (http://www.lkp2i.org/pdf/smp/Matematika. pdf ).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu terstruktur yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan konsepkonsep abstrak terstruktur dan terorganisir secara sistematis dalam rangkaian urutan yang logis. Jadi matematika merupakan ilmu yang tidak sekedar menghitung secara teknis dan mekanis, tetapi matematika merupakan suatu ilmu deduktif formal dan abstrak yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Matematika terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.

D.    Pembelajaran Matematika
Menurut Idris Harta (2006: 4) pembelajaran matematika ditujukan untuk membina kemampuan siswa diantaranya dalam memahami konsep matematika, menggunakan penalaran, menyelesaikan masalah, mengkomunikasikan gagasan, dan memiliki sikap menghargai terhadap matematika. Pembelajaran matematika diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir matematis, yang meliputi pemahaman, pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, dan koreksi matematis, kritis serta sikap yang terbuka dan objektif (Utari Sumarmo, 2004: 5).
Herman Hudojo (2005: 135) menyatakan bahwa pembelajaran matematika berarti pembelajaran tentang konsep-konsep atau struktur-struktur yang terdapat dalam bahasan yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep atau struktur-struktur tersebut.
Sesuai dengan pengertian di atas, pembelajaran matematika seharusnya dilaksanakan secara terpadu dengan mengoptimalkan peran siswa sebagai pembelajar. Siswa tidak hanya mendapatkan pemahaman konsep tetapi siswa juga diharapkan memiliki keterampilan dan kreativitas dalam belajar matematika sehingga mampu menerapkannya dalam menyelesaikanmasalah sehari-hari.
Menurut Utari Sumarmo (2004: 5) pembelajaran matematika diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir matematis, yang meliputi pemahaman, pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, dan koreksi matematis, kritis serta sikap yang terbuka dan objektif. Dalam pembelajaran matematika, siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi). Dengan pengamatan terhadap contoh-contoh dan bukan contoh diharapkan siswa mampu menangkap pengertian suatu konsep (Erman Suherman, 2001: 55).
Tujuan pembelajaran matematika menurut Arini (http://arinimath. blogspot.com/2008/02/definisi-matematika.html) adalah:
1.      Melatih cara berpikir dan menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
2.       Mengembangkan aktivitas kreatif dalam memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
3.       Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4.       Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.


Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan serangkaian kegiatan yang melibatkan pendidik dan peserta didik secara aktif untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan matematika. Pembelajaran matematika juga merupakan proses pembentukan pengetahuan dan pemahaman matematika oleh siswa yang berkembang secara optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan, siswa dituntut aktif, memiliki kemandirian, dan bertanggungjawab selama mengikuti proses pembelajaran matematika. Dimana guru sebagai perencana pembelajaran, pelaksana pembelajaran yang mendidik, dan penilai proses hasil pembelajaran.

E.     Model Pembelajaran Mind Mapping

Mind Map (peta pikiran) merupakan suatu metode pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa dalam menentukan dan menyusun inti-inti yang penting dari materi pelajaran, serta metode yang dapat membantu siswa untuk meningkatkan pengetahuan siswa dalam penguasaan konsep dari suatu pokok materi pelajaran. Adapun tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode ini adalah:
1.      mempelajari konsep suatu materi pelajaran,
2.      menentukan ide-ide pokok,
3.       membuat peta pikiran,
4.      mempresentasikandidepan kelas.



Dalam mempelajari konsep suatu materi pelajaran siswa dibimbing oleh guru, siswa membaca seluruh isi materi dan memahami materi secara keseluruhan. Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing sehingga diharapkan siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atas bimbingan guru. Menentukan ide-ide pokok dalam hal ini siswa aktif menemukan dan memilih kata-kata kunci atau istilah penting dari suatu materi pelajaran yang telah dipelajari. Membuat atau menyusun peta pikiran dalam hal ini setelah siswa menemukan seluruh kata-kata kunci atau istilah penting dari suatu materi pelajaran yang telah dipelajari, kemudian siswa menyusun kata kunci tersebut menjadi suatu struktur peta pikiran yang paling mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa. Mempresentasikan yang dimaksud adalah aktifitas siswa dalam menjelaskan materi yang telah dipelajari, serta menuangkan ide peta pikirannya didepan kelas guna mengkomunikasikan ide dari siswa kepada siswa lain.

Pada pelaksanaan pembelajaran dengan metode Mind Map (peta pikiran) siswa dapat mengembangkan kemampuan belajar mandiri, siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Dalam konteks ini siswa mengalami dan melakukannya sendiri. Proses pembelajaran yang berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide. Setiap individu mempunyai potensi yang harus dikembangkan, maka proses pembelajaran yang cocok adalah yang menggali motivasi siswa untuk selalu kreatif dan berkembang.

Pembelajaran dengan metode Mind Map lebih menekankan pada keaktifan dan kegiatan kreatif siswa, akan meningkatkan daya hafal dan pemahaman konsep siswa yang kuat, serta siswa menjadi lebih kreatif. Selain kegiatan belajar mengajar akan lebih menarik, siswa juga akan lebih tekun dalam belajar dan menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, senang mencari dan memecahkan masalah matematika yang bervariasi, sanggup bekerja mandiri, dan dapat mempertahankan pendapatnya. Hal ini menguatkan bahwa penerapan metode Mind Map (peta pikiran) merupakan metode pembelajaran yang cocok digunakan dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa. Sehingga ada dugaan bahwa pembelajaran matematika dengan metode Mind Map (peta pikiran) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.


F.     Hakikat Mind Mapping ( Peta Pikiran )
Pada tahun 1975, Tony Buzan telah mengembangkan suatu metode pembelajaran dalam dunia pendidikan yang dapat melatih siswa berpikir dengan lebih berdayaguna, yaitu suatu metode yang terkenal dengan istilah Mind Mapping (peta pikiran) dan sejak itu metode Mind Mapping (peta pikiran) berkembang dan telah banyak dipergunakan dalam pembelajaran. (http://www.tonybuzan.edu.sg/oldsite/mindmap.html)
Menurut Tony Buzan (2004: 68) Mind Mapping (peta pikiran) adalah metode untuk menyimpan suatu informasi yang diterima oleh seseorang dan mengingat kembali informasi yang diterima tesebut. Mind Mapping (peta pikiran) juga merupakan teknik meringkas bahan yang akan dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya. Mind mapping (peta pikiran) merupakan satu bentuk metode belajar yang efektif untuk memahami kerangka konsep suatu materi pelajaran.
Iwan Sugiarto (2004: 75) menerangkan bahwa Mind Mapping (petapikiran) merupakan suatu metode pembelajaran yang sangat baikdigunakan oleh guru untuk meningkatkan daya hafal siswa dan pemahaman konsep siswa yang kuat, siswa juga dapat meningkatkan daya kreatifitas melalui kebebasan berimajinasi. Lebih lanjut Iwan Sugiarto (2004: 76) menerangkan bahwa Mind mapping (peta pikiran) adalah eksplorasi kreatif yang dilakukan oleh individu tentang suatu konsep secara keseluruhan, dengan membentangkan subtopik-subtopik dan gagasan yang berkaitan dengan konsep tersebut dalam satu presentasi utuh pada selembar kertas, melalui penggambaran simbol, kata-kata, garis, dan tanda panah.
Menurut Hudojo, et al (2002: 9) Mind Mapping (peta pikiran) adalah keterkaitan antara konsep suatu materi pelajaran yang direpresentasikan dalam jaringan konsep yang dimulai dari inti permasalahan sampai pada bagian pendukung yang mempunyai hubungan satu dengan lainnya, sehingga dapat membentuk pengetahuan dan mempermudah pemahaman suatu topik pelajaran.
Menurut Martin (Basuki, 2000: 22) mengungkapkan bahwa Mind Mapping (peta pikiran) merupakan petunjuk bagi guru, untuk menunjukkan hubungan antara ide-ide yang penting dalam materi pelajaran.
Sedangkan menurut Arends (Basuki, 2000: 25) menuliskan bahwa Mind Mapping (peta pikiran) merupakan suatu cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi baru. Dengan penyajian peta konsep yang baik maka siswa dapat mengingat suatu materi dengan lebih lama lagi.


Bobbi de Porter dan Hernacki (1999: 152) menjelaskan, Mind Mapping (peta pikiran) merupakan metode pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk suatu kesan yang lebih dalam.
Mind Mapping (peta pikiran) adalah teknik meringkas konsep yang akan dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya (Iwan Sugiarto, 2004: 74).
Menurut Eric Jensen (2002: 95) Mind Mapping (peta pikiran) sangat bermanfaat untuk memahami materi, terutama materi yang telah diterima oleh siswa dalam proses pembelajaran. Mind Mapping (peta pikiran) bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat kembali informasi yang telah dipelajari.
Menurut Tony Buzan (2004: 68) Mind Mapping (peta pikiran) dapat menghubungkan konsep yang baru diperoleh siswa dengan konsep yang sudah didapat dalam proses pembelajaran, sehingga menimbulkan adanya tindakan aktif yang dilakukan oleh siswa. Sehingga akan menciptakan suatu hasil peta pikiran berupa konsep materi yang baru dan berbeda. Peta pikiran merupakan salah satu produk kreatif yang dihasilkan oleh siswa dalam kegiatan belajar.
Menurut Hudojo (2002: 25) Melalui proses pembelajaran dengan metode Mind Mapping (peta pikiran) ini, Guru membimbing siswa mempelajari konsep suatu materi pelajaran. Siswa mencari inti-inti pokok yang penting dari materi yang dipelajari. Setelah siswa memahami konsep materi yang dipelajari, kemudian siswa melengkapi dan membuat peta pikiran. Kegiatan berikutnya guru memberikan contoh soal kemudian dikerjakan oleh siswa, kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman konsep siswa terhadap suatu materi yang dipelajari.  Sehingga diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan belajar mandiri, siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri dan guru cukup berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran (Mulyasa, 2007: 14)
Menurut teori motivasi ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), siswa akan termotivasi jika apa yang dipelajarinya menarik perhatiannya, relevan dengan kebutuhan siswa, apa yang mereka pelajari menyebabkan mereka puas dan menambah percaya dirinya. Dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Mind Mapping, Pertama siswa mempelajari konsep suatu materi dengan bimbingan guru, dalam kegiatan ini siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri sehingga menumbuhkan rasa tekun dalam belajar dan ulet menghadapi kesulitan pada diri siswa. Kedua menentukan ide-ide pokok, dalam kegiatan ini siswa aktif menemukan dan memilih kata-kata kunci atau istilah penting dari suatu materi pelajaran yang telah dipelajari sehingga mengembangkan kemampuan siswa dalam mencari dan memecahkan bermacam-macam masalah. Ketiga membuat atau menyusun Mind Mapping (peta pikiran), dalam hal ini setelah siswa menemukan seluruh kata-kata kunci atau istilah penting dari suatu materi pelajaran yang telah dipelajari, kemudian siswa menyusun kata kunci tersebut menjadi suatu struktur peta pikiran yang paling mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa sehingga kegiatan ini mengembangkan kemandirian siswa dalam menyelasaikan tugas. Keempat presentasi didepan kelas, mempresentasikan yang dimaksud adalah aktifitas siswa dalam menjelaskan peta pikirannya didepan kelas guna mengkomunikasikan ide dari siswa kepada siswa lain yang pada akhirnya ada kesempatan cukup bagi siswa untuk mempertahankan dan mempertanggungjawabkan pendapatnya. Dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Mind Mapping ini siswa aktif menyusun inti-inti dari suatu materi pelajaran menjadi peta pikiran. Menurut Tony Buzan (2008: 171) dalam bukunya yang berjudul “Buku Pintar Mind Mapping” menunjukan bahwa Mind Map (peta pikiran) ini akan membantu anak:
(1) Mudah mengingat sesuatu;
(2) Mengingat fakta, Angka, dan Rumus dengan mudah;
(3) Meningkatkan Motivasi dan Konsentrasi;
(4) Mengingat dan menghafal menjadi lebih cepat.
Tony Buzan juga menunjukan bahwa siswa akan menghafal dengan cepat dan mudah berkosentrasi dengan teknik peta pikiran sehingga menimbulkan keinginan untuk memperoleh pengetahuan serta keinginan untuk berhasil.
 Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa metode Mind Map (peta pikiran) adalah metode yang dirancang oleh guru untuk membantu siswa dalam proses belajar, menyimpan informasi berupa materi pelajaran yang diterima oleh siswa pada saat pembelajaran, dan membantu siswa menyusun inti-inti yang penting dari materi pelajaran kedalam bentuk peta atau grafik sehingga siswa lebih mudah memahaminya.







G.    Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Mind Map (Peta Pikiran)
Menurut Ausubel yang dikutip Hudojo (2002: 10) menyatakan bahwa pembelajaran yang menggunakan Mind Mapping (peta pikiran) dapat membuat suasana belajar menjadi bermakna karena pengetahuan atau informasi yang baru diajarkan menjadi lebih mudah terserap siswa. Lebih lanjut Ausubel yang dikutip Hudojo (2002: 10) menerangkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Mind Mapping (peta pikiran), akan membantu siswa dalam meringkas materi pelajaran yang diterima oleh siswa pada saat proses pembelajaran sehingga menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa.
Menurut Pandley (1994: 45) Metode Mind Mapping (peta pikiran) bertujuan untuk membangun pengetahuan siswa dalam belajar secara sistematis, yaitu sebagai teknik untuk meningkatkan pengetahuan siswa dalam penguasaan konsep dari suatu materi pelajaran Pandley (1994: 46) Adapun tahap-tahap pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Mind Mapping sebagai berikut:
1.       Guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran tentang materipelajaran yang akan dipelajari.
2.      Siswa mempelajari konsep tentang materi pelajaran yang dipelajari dengan bimbingan guru.
3.      Setelah siswa memahami materi yang telah diterangkan oleh guru, guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan tempat duduk yang berdekatan. Kemudian siswa dihimbau untuk membuat peta pikiran dari materi yang dipelajari.
4.       Untuk mengevaluasi siswa tentang pemahaman terhadap unsur-unsur penyusun bentuk aljabar guru menunjuk beberapa siswa untuk mempresentasikan hasil peta pikiran tentang unsur-unsur penyusun bentuk aljabar dengan mencatat atau menuliskan di papan tulis.
5.      Dari hasil presentasi yang ditulis oleh siswa di papan tulis, guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan.
6.      Guru memberikan soal latihan tentang materi yang telah dipelajari kepada siswa untuk dikerjakan secara individu.
7.      Pada akhir pembelajaran diadakan tes untuk mengetahui pemahaman konsep dan kemampuan akademis siswa.
Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran dengan metode Mind Mapping (peta pikiran) adalah metode pembelajaran yang dirancang untuk memberikan siswa tentang keterampilan berfikir, serta merupakan suatu metode pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk menghubungkan konsep-konsep yang penting dalam mempelajari suatu materi pelajaran sehingga dapat meningkatkan motivasi.

H.    Strategi Pembelajaran Peta Pikiran (Mind Mapping)
Belajar berbasis pada konsep peta pikiran (mind mapping) merupakan cara belajar yang menggunakan konsep pembelajaran komprehensif Total-Mind Learning (TML). Pada konteks TML, pembelajaran mendapatkan arti yang lebih luas. Bahwasanya, di setiap saat semua orang bisa belajar, karena belajar merupakan proses alamiah.
Dari tinjauan Psikologis, belajar merupakan aktivitas pemrosesan informasi, yang dapat diartikan sebagai proses pembentukan pengetahuan. Menurut Peaget, setiap anak memiliki skema yang merupakan konsep di dalam pikiran individu yang dipakai untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi. Sedangkan menurut Vygotsky, kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus, yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasi aktivitas mental (Santrock dalam Astutiamin, 2009).
 Kenyatannya, bahwa dunia pembelajaran bagi anak saat ini dibanjiri dengan informasi yang up to date setiap saat. Ketidakmampuan memproses informasi secara optimal di tengah arus informasi menyebabkan banyak individu yang mengalami hambatan dalam belajar. Menurut Yovan dalam Astutiamin (2009), hambatan pemrosesan informasi terletak pada dua hal utama, yaitu proses pencatatan dan proses penyajian kembali. Keduanya merupakan proses yang saling berhubungan satu sama lain.
Dalam hal pencatatan, seringkali individu tanpa disadari membuat catatan yang tidak efektif. Sebagian besar melakukan pencatatan dengan menyalin langsung seluruh informasi yang tersaji pada buku atau penjelasan lisan. Hal ini mengakibatkan hubungan antar ide/informasi menjadi sangat terbatas dan spesifik, sehingga berujung pada minimnya kreativitas yang dapat dikembangkan setelahnya. Selain itu, bentuk pencatatan seperti ini juga memunculkan kesulitan untu mengingat dan menggunakan seluruh informasi tersebut dalam belajar atau bekerja (Yovan dalam Astutiamin, 2009).
Sedangkan dalam hal penyajian kembali informasi, kemampuan yang paling dibutuhkan adalah memanggil ulang (recalling) informasi yang telah dipelajari. Pemaggilan ulang merupakan kemampuan menyajikan secara tertulis atau lisan berbagai informasi dan hubungannya, dalam format yang sangat personal. Hal ini merupakan salah satu indikator pemahaman individu atas informasi yang diberikan. Dengan demikian, proses pemanggilan ulang sangat erat hubungannya dengan proses pengingatan (Yovan dalam Astutiamin, 2009).

Salah satu hal yang berperan dalam pengingatan adalah asosiasi yang kuat antar informasi dengan interpretasi dari informasi tersebut. Kondisi ini, hanya bisa terjadi ketika informasi tersebut memiliki representasi mental di pikiran.
Bentuk pencatatan yang dapat mengakomodir berbagai maksud di atas adalah dengan peta pikiran (mind mapping). Konsep mind mapping  asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Mind mapping  merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Dengan metode mind mapping  siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%.
Dengan peta pikiran, individu dapat mengantisipasi derasnya laju informasi dengan memiliki kemampuan mencatat yang memungkinkan terciptanya “hasil cetak mental. Hal ini tidak hanya dapat membantu dalam mempelajari informasi yang diberikan, tapi juga dapat merefleksikan pemahaman personal yang mendalam atas informasi tersebut. Selain itu mind mapping  juga memungkinkan terjadinya asosiasi yang lebih lengkap pada informasi yang ingin dipelajari, baik asosiasi antar sesama informasi yang ingin dipelajari ataupun dengan informasi yang telah tersimpam sebelumnya diingatan (Yovan dalam Astutiamin, 2009).






I.       Kelemahan dan Kelebihan metode mind mapping
Ada beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind mapping ini, yaitu :
a.       Cara ini cepat
b.      Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda
c.       Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.
d.      Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk
menulis.
Kekurangan model pembelajaran mind mapping:
a.       Hanya siswa yang aktif yang terlibat
b.      Tidak sepenuhnya murid yang belajar
c.       Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan

J.      Statistika Dan Peluang
a.       Statistika
Statistika adalah ilmu yang merupakan cabang dari matematika. Definisi statistika sendiri merupakan ilmu yang mempelajari proses pengolahan dan analisis data hingga penarikan kesimpulan dari data tersebut. Sedangkan statistik merupakan hasil dari proses pengolahan dan analisis data hingga penarikan kesimpulan dari data dalam bentuk nilai-nilai ukuran.
Kegiatan Statistika meliputi:
1. Mengumpulkan data
2. Menyusun data
3. Menyajikan data
4. Mengolah dan Menganalisis data
5. Menarik kesimpulan
6. Menafsirkan
b.      Peluang
       Peluang atau keboleh jadian atau dikenal juga sebagai probabilitas adalah cara untuk mengungkapkan pengetahuan atau kepercayaan bahwa suatu kejadian akan berlaku atau telah terjadi. Konsep ini telah dirumuskan dengan lebih ketat dalam matematika, dan kemudian digunakan secara lebih luas dalam tidak hanya dalam matematika atau statistika, tapi juga keuangan, sains dan filsafat
Peluang dalam konsep matematika: Probabilitas suatu kejadian adalah angka yang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian. Nilainya di antara 0 dan 1. Kejadian yang mempunyai nilai probabilitas 1 adalah kejadian yang pasti terjadi atau sesuatu yang telah terjadi. Probabilitas/Peluang suatu kejadian A terjadi dilambangkan dengan notasi P(A), p(A), atau Pr(A). Sebaliknya probabilitas [bukan A] atau komplemen A, atau probabilitas suatu kejadian A tidak akan terjadi, adalah 1-P(A).












BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
a.      Belajar
belajar merupakan usaha perubahan tingkah laku seseorang yang terjadi secara sadar, intensional, positif, aktif, efektif dan fungsional karena interaksi dengan lingkungan sekitarnya, yang mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik yang tidak ditentukan oleh unsur-unsur turunan genetik, tetapi lebih banyak ditentukan oleh factor-faktor eksternal baik melalui latihan atau pengalaman yang berlaku dalam waktu yang cukup lama.
b.      Pembelajaran
pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik, pendidik, sumber belajar dan lingkungan belajar dalam situasi edukatif sehingga menghasilkan perubahan yang relatif tetap pada pengetahuan dan tingkah laku untuk mencapai tujuan pembelajaran.
c.       Matematika
matematika adalah suatu ilmu terstruktur yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan konsepkonsep abstrak terstruktur dan terorganisir secara sistematis dalam rangkaian urutan yang logis.
d.      Pembelajaran matematika
Pembelajaran matematika merupakan proses pembentukan pengetahuan dan pemahaman matematika oleh siswa yang berkembang secara optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan, siswa dituntut aktif, memiliki kemandirian, dan bertanggungjawab selama mengikuti proses pembelajaran matematika. Dimana guru sebagai perencana pembelajaran, pelaksana pembelajaran yang mendidik, dan penilai proses hasil pembelajaran.
e.       Pembelajaran dengan metode Mind Map lebih menekankan pada keaktifan   dan kegiatan kreatif siswa, akan meningkatkan daya hafal dan pemahaman
 konsep siswa yang kuat, serta siswa menjadi lebih kreatif.
f.       Hakikat mind mapping
Dengan peta pikiran, individu dapat mengantisipasi derasnya laju informasi dengan memiliki kemampuan mencatat yang memungkinkan terciptanya “hasil cetak mental.
g.      Kelemahan dan Kelebihan metode mind mapping
Ada beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind mapping ini, yaitu:
a.       Cara ini cepat
b.      Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang
muncul dikepala anda
c.       Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.
d.      Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk
menulis.
Kekurangan model pembelajaran mind mapping:
a.       Hanya siswa yang aktif yang terlibat
b.      Tidak sepenuhnya murid yang belajar
c.       Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan
h.       Statistika Dan Peluang
a.       Statistika adalah ilmu yang merupakan cabang dari matematika. Definisi statistika sendiri merupakan ilmu yang mempelajari proses pengolahan dan analisis data hingga penarikan kesimpulan dari data tersebut.
b.      Peluang atau keboleh jadian atau dikenal juga sebagai probabilitas adalah cara untuk mengungkapkan pengetahuan atau kepercayaan bahwa suatu kejadian akan berlaku atau telah terjadi.
Dalam  pembelajaran matematika merupakan serangkaian kegiatan yang melibatkan  pendidik dan peserta didik secara aktif untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan matematika. Pembelajaran matematika juga merupakan proses pembentukan pengetahuan dan pemahaman matematika oleh siswa yang berkembang secara optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan, siswa dituntut  aktif, kreatif, memiliki kemandirian, dan bertanggungjawab selama mengikuti proses  pembelajaran matematika. Untuk itu dalam  proses pembelajaran matematika dibutuhkan model yang mampu membuat siswa aktif dalam kelas kemudian mampu membangun kreatifitas siswa dan juga mudah untuk memahami dan mengerti materi secara terstruktur., salah satu model pembelajarannya yaitu model pembelajaran mind mapping  diharapkan mampu meningkatkan  hasil belajar matematika pada materi statistika dan peluang.

B.     Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mempunyai beberapa saran yang
perlu dipertimbangkan yaitu:
a.       Penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode Mind Map (peta pikiran) membutuhkan pengelolaan kelas dan waktu yang baik, sehingga diperlukan perencanaan kegiatan pembelajaran agar penggunaan waktu dalam pembelajaran dapat lebih efektif.
b.      Pembelajaran matematika dengan metode Mind Map (peta pikiran) dapat digunakan sebagai salah satu alternatif kegiatan pembelajaran matematika di SMP karena pembelajaran menggunakan metode ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Basuki, T. 2000. Pembelajaran Matematika Disertai Penyusunan Peta Konsep. Tesis. Bandung : PPS UPI Bandung

Budiningsih, C. Asri. 2006. Belajar dan Pembelajaran, PT. Rineka Cipta, Cet. I. Jakarta

Buzan. Tony dan Barry. 2004. Memahami Peta Pikiran : The Mind Map Book. Batam: Interaksa.

Buzan. Tony. 2004. Mind Map: Untuk meningkatkan Kreativitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Buzan, Tony, 2008. Buku Pintar Mind Map. Jakarta : Pt. Gramedia Pustaka Utama, Cet. VI.
Depdiknas. 2004. Model Pembelajaran Matematika. Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. III

Mulyasa. 2007. Menjadi guru Profesional menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Nana Syaodih Sukmadinata. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Ngalim Purwanto. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Rosdakarya.

Oemar Hamalik. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Oemar Hamalik. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Winkel, W. S. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo

http://www.duniaguru.com/index.php?option=com_content&task=view&id=820&Itemid=88. Diakses pada tanggal 26 Februari 2014

http://en.wikipedia.org/wiki/Mind_map. Diakses pada tanggal 26 Februari 2014

http://www.tonybuzan.edu.sg/oldsite/mindmap.html. Diakses pada tanggal 26 Februari 2014

http://www.lkp2i.org/pdf/smp/Matematika.pdf. Diakses pada tanggal 26 Februari 2014

http://learning-with-me.blogspot.com/2006/09/pembelajaran.html.
Diakses pada tanggal 26 Februari 2014

http://petakonsepanakbangsa.org/2008/04/23/penerapan-peta-konsepsegitiga-
pada-siswa-sma/. Diakses pada tanggal 26 Februari 2014

http://pkab.wordpress.com/2008/06/12/penggunaan-media-padapengajaran matematika/. Diakses pada tanggal 26 Februari 2014

http://pkab.wordpress.com/2008/06/12/penggunaan-media-padapengajaran-
matematika/. Diakses pada tanggal 26 Februari 2014


http://gurulia.wordpress.com/2009/03/25/pengertian-pembelajaran/.Diakses pada tanggal 26 Februari 2014

http://www.ignatius-edu.com/revolusiner-cara-belajar-dengan-metodemind-mapping.html. Diakses pada tanggal 26 Februari 2014



Tidak ada komentar:

Posting Komentar